Memori Indah Bima Sakti Juara Bersama PSM Makassar

Karier Bima Sakti sebagai pesebak bola profesional cukup berwarna. Salah satunya yang menyisakan memori indah adalah ketika menjuarai Liga Indonesia 1999 – 2000 bersama PSM Makassar.

Sepulang dari Eropa. Bima Sakti sempat memperkuat Pelita Jaya di pentas Liga Indonesia, bersama klub milik konglomerat Nirwan Bakrie ini. Aksi Bima tak bisa dituntaskan denga trophi juara karena kompetisi 1997 – 1998 terhenti akibat krisi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia masa itu.

Peruntungan Bima Sakti di level klub akhirnya datang ketika Nurdin Halid yang memegang kendali manajemen PSM mengajaknya bergabung bersama Juku Eja jelang Liga Indonesia 1999-2000. Bagi Bima, Nurdin bukanlah sosok asing karena Nurdin menjadi manajer Pelita Jaya pada kompetisi yang terhenti.

Tidak hanya Bima, turut bergabung juga pemain level team nasional lainnya, seperti Aji Santoso, Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Miro Baldo Bento. plus pemain asing level atas seperti Carlos De Mello dan joseph Lewono. Mereka berkolaborasi dengan pemain asli Makassar, seperti Ansar Abdulah, Alibaba, Ronny Ririn, Yusrifar Djafar, Yuniarto Budi, Syamsuddin Batola, dan Rahman Usman.

Dengan materi mentereng, PSM melenggang mulus ke tangga juara. Dari bertengger di peringkat atas Wilayah Timur, dominan di 8 besar dan akhirnya menekuk PKT Botang 3-2 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Secara personal,m Bima juga mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik musim itu.

Bima dinilai pantas mendapatkan penghargaan itu. Sepanjang musim, ia tidak pernah mendapatkan kartu. Padahal, posisinya sebagai gelandang bertahan sangat rentan mendapatkan sanksi dari wasit.

“Laga final jadi momen spesial buat saya. Dalam pertandingan itu, saya menghadapi Ponaryo Astaman yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri, serta Coach Fachri husaini, senior dan panutan saya,” kenang Bima.

Fachri pula yang diakui Bima sebagai pemain yang paling membuatnya kesulitan ketika berduel dilapangan. Pada musim itu, PSM dan PKT tercatat empat kali berduel. Masing-masing dua partai Wilayah Timur, satu kali di 8 besar dan final.

“Pergerakan Coach Fachri sulit ditebak. Duetnya bersama Mansyur membuat saya kelimpungan mengawal mereka.” jelas Bima Sakti.

Bima Sakti juga menceritakan pengalaman buruknya saat berkarier di level senior. Pada 2002, Bima mengalami cedera engkel kaki kiri parah saat memperkuat Petrokimia Putera di Piala Ho Chi Minh City, Vietnam.

Pada laga semifinal menghadapi team nasional India, Bima mendapatkan tekel brutal dari Baichung Bhutia. Setelah dilakukan diagnosis, Bima dikabarkan mengalami patah tulang Fibula dan engkel kaki kirinya mengalami pergeseran.

Ia terpaksa absen dari sepak bola selama 9 bulan. Bima pun kehilangan kesempatan memperkuat Timnas Indonesia pada Piala AFF 2002.

“Saya beruntung pada masa pemulihan cedera, keluarga dan terutama istri saya terus memberikan dukungan. Alhamdulilah saya bisa bermain sampai usia 40 tahun,” ungkap Bima.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *