BWF Batalkan Penyelenggaraan 4 Turnamen Di Bulan September
BWF membatalkan empat turnamen yakni Taipei Open, Korea Open, China Open dan Japan Open 2020. Empat ajang tersebut seharusnya digelar pada Bulan September.
Sebelumnya BWF ( Badminton World Federation ) juga sudah membatalkan beberapa turnamen yang seharusnya bergulir pada Bulan Agustus. Artinya, All England menjadi turnamen BWF terakhir yang bergulir di tahun 2020.
“Keputusan pembatalan turnamen-turnamen ini demi menjaga kesehatan pemain, penonton, volunteers, dan anggota asosiasi,”ujar Thomas Lund, Sekretaris Jendral BWF dalam rilisnya.
“Kami sangat kecewa karena harus membatalkan beberapa turnamen, namun keselamatan semua pihak yang terlibat adalah yang paling penting saat ini,” ujarnya menambahkan.
Sekretaris Jendral PP PBSI Achmad Budiharto memberikan tanggapannya terkait hal ini. Ia sedikit kecewa dengan pembatalan empat turnamen itu.
Padahal keempat turnamen itu rencananya bakal menjadi ajang persiapan Indonesia sebelum tampil di Piala Thomas dan Uber yang akan berlangsung di Aarhus, Denmark, pada 3-11 Oktober mendatang.
Sementara itu, Piala Thomas dan Uber kabarnya tetap akan berlangsung sesuai rencana. PBSI sebelum menerima update soal pembatalan Piala Thomas dan Uber.
Untuk itu, PBSI akan menggelar turnamen internal seperti Mola TV PBSI Home Tournament. Hal itu akan dilakukan sebagai persiapan pengganti keempat tournamen yang di tunda.
“Sebetulnya sangat disayangkan, ini adalah hal yang merugikan dunia bulutangkis, khususnya untuk atlet. Tapi di sisi lain kami bisa mengerti karena pandemi ini belum teratasi di negara-negara lain. Seperti contohnya di Jepang dan Tiongkok yang mengalami second wave Covid-19,”ujar Budiharto, dikutip dari laman Badmintonindonesia.
“Secara prinsip, memang kami harus menunggu keputusan BWF mengenai kepastian Piala Thomas dan Uber. Untuk tetap mempersiapkan atlet, kami akan tetap melangsungkan simulasi. Simulasi ini penting untuk mengukur sejauh mana kesiapan kondisi dan kondisi atlet jelang Piala Thomas dan Uber,”jelas Budiharto.