Hendro Kartiko Masuk Ke Jajaran Kiper Terbaik Indonesia
Hendro Kartiko tercatat dua kali meraih trofi Juara Liga Indonesia, Masing masing bersama PSM Makasar pada musim 1999-2000 dan Peserbaya Surabaya pada 2004. Pantas dimasukkan dalam jajaran Kiper terbaik yang dimiliki Indonesia. Hendro menuturkan bahwa dia belajar banyak dari Rudy Keltjes.
Di level tim nasional, Hendro membela Timnas Indonesia di tiga edisi Piala Asia, Yakni 1996, 2000 dan 2004.
Pencapaiannya lumayan bagus. Hendro sendiri akui tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Apalagi, Ketika masih menjadi anak kecil yang tumbuh menjadi remaja. Ia lebih suka bermain bulutangkis dan bola Voli. Kalaupun sesekali bermain sepak bola, ia lebih sering bermain sebagai gelandang bertahan.
“Saya pernah pertama kali jadi kiper waktu SMP. Itu pun tidak terlalu serius,” ujar Hendro.
Saat itu Hendro belajar dan latihan menjadi kiper secara otodidak. “Waktu itu, belum ada pelatih khusus kiper jadi kemampuan saya berkembang melalui pertandingan. Setiap selesai bermain, saya selalu mengoreksi diri sendiri.” ungkapnya.
Keberuntungannya sebagai pemain mulai terbuka ketika ia diajak untuk mengikuti seleksi di Persewangi Junior menghadapi Piala Soeratin U-17.
“Waktu itu saya masih duduk di kelas Satu SMA. Alhamdulillah saya lolos seleksi. Persewangi saat itu mampu menembus tiga besar menghadapi Persebaya Junior dan Persija Junior di Stadion Gelora 10 November.” kenang Hendro.
Bermain di stadion bersejarah kota Surabaya itu membuat Hendro lebih serius menggeluti dunia sepak bola.
“Ada pesan pelatih yang saat itu tertanam dihati saya. Dia bilang, kamu belum bisa disebut pemain kalau belum pernah tampil di Stadion Gelora 10 November dan baru pantas disebut pemain jika sudah bermain di Stadion Senayan (Gelora Bung Karno).” ujar Hendro.
Meski sudah mulai Serius di sepak bola, Hendro masih belum berpikir untuk menjadi pemain profesional. Apalagi ibunya berpesan agar lebih mengutamakan pendidikan. Kebetulan selepas lulus SMA, Universitas Muhammadiyah Jember menawari beasiswa. ia pun dengan antusias menerimanya.
Selain mengikuti kuliah, Hendro juga kerap berlatih di tim kampusnya, PS Unmuh Jember pada 1993. Unmuh Jember mewakili Jawa Timur mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa (POMNAS) di Medan. Selepas dari POMNAS Medan, Hendro diajak pelatih senior Ruddy Keltjes yang kala itu aktif memantau pemain untuk mengikuti seleksi di Mitra Surabaya.
“Saya tidak pernah berpikir untuk bisa lolos. Ikut seleksi dan bertemu pemain senior yang hanya bisa saya lihat melalui televisi saja bagi saya sudah luar biasa dan saya sangat bangga skaligus senang.” papar Hendro.
Musim pertama di Mitra Surabaya, Hendro masih berstatus kiper ketiga setelah Alan dan Erick. Pada musim 1995-1996, Hendro dipilih menjadi starter setelah Erick hijrah ke Gelora Dewata Bali.
“Tapi saat itu, Saya tanamkan dalam hati saya. Semua kiper punya kualitas yang sama. Saya kebetulan dipilih sebagai starter dan saya tak boleh melewatkan kesempatan ini.”
Membawa Mitra Surabaya menembus Semifinal Liga Indonesia 1995-1996 dan meraih medali emas PON 1996 bersama Jatim mengantar Hendro masuk Skuad Piala Asia di tahun yang sama. Dalam ajang paling Bergengsi di kawasan Asia itu, Hendro diplot sebagai pelapis Kurnia Sandy yang saat itu berstatus kiper Sampdoria (Italia).
Piala Asia 1996 menjadi momentum awal Hendro menjadi kiper nomor satu di Indonesia. Pada laga perdana melawan Kuwait, ia masuk dan melakukan debutnya pada menit ke-66 dikarenakan Kurnia Sandy mengalami cedera. Pertandingan itu sendiri berakhir imbang dengan skor 2-2. Sejak itu Hendro secara reguler menjadi kiper nomor satu Timnas Indonesia dengan Caps 60 pertandingan.